Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Thursday, 23 March 2017
1 Comment
A.
Dinasti Ayyubiah
Dinasti Ayyubiyah merupakan
sebuah pemerintahan islam kelanjutan pemerintahan Dinasti Fatimiyah di Mesir1.
Pemerintahan ini dipimpin oleh keluarga bani Ayyub. Keluarga bani Ayyub
merupakan keturunan Ayyub, yaitu seorang keturunan suku Kurdi dari Azerbaijan.
Nama Ayyubiyah dinisbahkan kepada nama ayah Shalahuddin (Pendiri dinasti
Ayyubiyah), Yaitu Najmudin bin Ayyub. Sebenarnya dinasti ini berbentuk persatuan dari beberapa dinasti yang tunduk
kepada satu dinasti yang dipimpin oleh kepala keluarga. Tiap-tiap dinasti
diperintah oleh seorang anggota keluarga ayyubiyah dan bergelar sultan. Dinasti
ini mempunyai kekuasaan di Mesir, Suriah, Dyar Bakr, dan Yaman.
Pembentukan dinasti Ayyubiyah
juga mempunyai kaitan erat dengan
Imaduddin Zanki yang menggantikan panglima Tutusy. Dalam catatan
sejarah, Imaddudin terkenal sebagai salah seorang panglima yang mengerahkan
kekuatan islam untuk menghadapi pasukan tentara salib. Setelah ia meninggal
digantikan oleh putranya yaitu Nuruddin Zanki2.
Selama masa pemerintahan Dinasti
Ayyubiyah terbagi menjadi 10 (sepuluh) cabang pemerintahan dan terdapat 3 (tiga)
orang sultan yang menonjol, yaitu Salahudin Al Ayubi, Al Adil I dan Al Kamil.
1.
Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah merupakan
pemerintah islam yang dipimpin oleh keturunan Ayyub, yaitu suku Kurdi dari Azerbaijan. Mereka
menguasai Mesir, Syira, Yaman (Kecuali Untuk pegunungan utara), Diyar Bakr,
Mekkah, Hijaz dan utara Irak pada abad ke-12 dan 13. Pendiri dinasti ayyubiyah
adalah Shalahuddin Yusuf al-ayyubi putra dari Najmuddin bin Ayyub. Shalahuddin
Yusuf al-ayyubi dilahirkan di Tikrit Irak pada tahun 532 H/1138 M dan wafat
pada tahun 589 H/1193 M di Damsyik. Beliau bergelar Sultan Shalahuddin.
Shalahuddin Yusif al-ayyubi
adalah seorang panglima islam yang gagah berani dalam perang salib dan berhasil
merebut kembali Baitul Maqdis dari tangan kaum salib. Pada masa mudanya
Shalahuddin Yusuf al-ayyubi kurang terkenal dikalangan masyarakat. Ia seneng
berdiskusi tentang ilmu kalam, ilmu fikih, al-Quran dan Hadist.
Jatuhnya kota suci Baitul Maqdis
ke tangan kaum salib telah membuat para pemimpin islam terkejut. Kemudian para
pemimpin bersepakat untuk merebut kembali kota tersebut. Diantara pemimpin yang
paling gigih dalam usaha menghalau tentara salib adalah Imamuddin Zanki dan
diteruskan oleh anaknya Nuruddin Zanki
dan dibantu oleh panglima Asaduddin Syirkuh.
Setelah hampir empat puluh tahun
kaum salib menduduki Baitul Maqdis, Shalahuddin Yusuf al-ayyubi baru lahir
yakni pada tahun 1138 M. Keluarga Shalahuddin taat beragama dan berjiwa
pahlawan. Ayahnya, Najmuddin Ayyub adalah seorang yang termasyhur dan beliau
pulalah yang memberikan pendidikan awal kepada Shalahuddin. Selain itu,
Shalahuddin juga memperoleh pendidikan dari Asaduddin Syirkuh seorang negarawan
dan panglima perang Syiria yang telah berhasil mengalahkan tentara salib di
Syira dan Mesir. Dalam setiap peperangan yang dipimpin panglima Assaduddin, Shalahuddin
selalu ikut sebagai tentara walaupun usianya masih muda.
Pada tahun 549 H/1154 M, panglima
Asduddin Syirkuh memimpin tentaranya merebut dan menguasai Damsyik. Shalahuddin
yang ketika itu baru berusia 16 tahun turut serta sebagai pejuang. Pada tahun
558 H/1163 M, panglima Asaduddin membawa Shalahuddin Yusuf Al-Ayuyubi yang
ketika itu berusia 25 tahun untuk menundukan Dinasti Fatimiyah di Mesir yang
dipimpin oleh aliran Syiah Islamiyah yang semakin lemah, usahanya berhasil.
Khalifah Dinasti Fatimiyah dinasti Fatimiyah terakhir yaitu khalifah al-abid
Lidnillah dipaksa oleh Asasudin Syirkuh untuk mendatatangani perjanjian. Akn
tetapi, wazir besar Shawar merasa cemburu melihat Syirkuh semakin populer
dikalangan istana dan rakyat.
Dengan sembunyi-sembunyi dia
pergi ke Baitul Maqdis dan meminta bantuan Tentara Salib untuk menghalau
Syirkuh yang berkuasa di Mesir , Pasukan salib yang dipimpin oleh Almaric
menyetujui permintaan tersebut. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan
panglima Syirkuh dan Amalric yang berakhir dengan kekalahan Asaduddin. Setelah syarat-syarat
damai Asaduddin dan Shalahuddin dipersilahkan kembali ke Damsyik.
Kerja sama wazir besar Shawar dengan
orang kafir telah menimbulkan kemarahan nuruddin Zanki dengan para pemimpin
islam lainny termasuk Bagdd. Lalu dipersiapkannya tentara yang besar yang tetap
dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi , melihat
kondisi tersebut pasukan salib segera mempersiapkan diri. Akan tetapi kali ini
panglima Syirkuh berhasil Mengalahkan tentara salib yang dipimpin oleh Amalric
dan mengusirnya dari Mesir.
Panglima syirkuh dan Shalahuddin
terus menuju ke ibu kota Kaherah dan mendapat tantangan dari pasukan Wazir
Shawar. Akan tetapi, pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar saja, dia
sendiri melarikan diri dan bersembunyi di situ. Shalahuddin segera menangkap dan
Shawar, dibawa ke istana dan kemuadian dihukum mati.
Khalifah al-adid melantik
panglima Asaduddin Syirkuh mengganti wasir besar menggantikan Shawar. Wazir
baru itu segera melakukan perbaikan dan pembersihan pada setiap istitusi
kerajaan secara bertahap. Sementara anak saudaranya, Shalahuddin al-Ayyubi
diperintahkan membawa pasukannya mengadakan pembersihan di kota-kota sepanjang
sungai Nil hingga Assuan di sebelah utara dan bandar-bandar lain termasuk
bandar perdagangan Iskandariyah.
Wazir Syirkuh tidak lama memegang
jabatannya, karena beliau wafat pada tahun 565 H/1169 M. Khalifah al-adid
melantik panglima Shalahuddin al-ayyubi menjadi wazir menggantikan Syirkuh dengan
mendapat persetujuan pembesar-pembesar Kurdi dari Turki. Walaupun kekuasannya
di bawah Dinasti Fatimiyah, Shalahuddin tetap menganggap Nuruddin Zanki sebagai
pemimpinnya.
Nuruddin Zanki berulang kali
mendesak Shalahuddin agar menangkap Khalifaah al-abid dang mengakhiri Dinasti
Fatimiyah untuk seterusnya diserahkan kepada Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Akan
tetapi Shalahuddin tidak bertindak terburu-buru, beliau memperhatikan keadaan
sekelilingnya sehingga musuh-musuh dalam keadaan betul-betul lemah.
Thanks ya kak
ReplyDelete